Senin, 06 Juni 2011

kisi-kisi

Fisiologi organ aksesoris sistem pencernaan

1. Pankreas
 Pankraes merupakan suatu organ yang terdiri dari 2 jaringan dasar :
 • Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
 • Pulau pankreas, menghasilkan hormon
 Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung

 2. Hati
 Hati merupakan sebuah organ yang besar dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
  
3. Kandung Empedu dan saluran Empedu
 Empedu memiliki 2 fungsi penting :
 • Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
 • Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol

Senin, 30 Mei 2011

Proses pencernaan

Pencernaan makanan adalah proses biokimia yang bertujuan mengolah makanan yang dimakan menjadi zat-zat yang mudah diserap oleh selaput-selaput lendir usus, bila zat-zat tersebut dibutuhkan.
Proses tersebut terbagi ke dalam 4 bagian, yakni:



1. Proses pengunyahan
Proses ini berlangsung di dalam mulut, pada saat tahap ini makanan dicampur dengan ludah sedemikian rupa sampai menjadi bolus.


2. Proses penelanan
Proses penelanan terdiri dari 3 fase, yaitu:
a. Fase I penelanan (menurut Magendi)
Fase ini dimulai dengan gerakan bolus dari mulut ke dalam faring, yang dibantu oleh gerakan lidah ke atas, disertai gerakan penekanan dan pendorongan.
Fase ini berlangsung selama 0,3 detik.

b. Fase II penelanan
Bolus masuk ke dalam esofagus (kerongkongan) melalui faring secara reflektoris, karena rangsangan;
Fase ini berjalan selama 1 detik.

c. Fase III penelanan
Terjadi dalam esophagus, dan berjalan lebih lambat dari fase lainnya. Setelah makanan di dalam esophagus, maka akan terjadi gelombang peristaltik, yang terdiri atas 2 gelombang yaitu:
- Gelombang 1: Mulai dari atas, di bawah sphincter superior dan berjalan langsung ke kardia.
Gelombang ini merupakan tenaga utama untuk mendorong makanan masuk ke dalam lambung
- Gelombang 2: Mulai timbul setinggi arcus aorta, dan biasanya lebih lemah dari gelombang peristaltik pertama.
Terjadinya gelombang ini terbagi dalam dua hal yakni proses menelan dan juga adanya penggelembungan atau distensi esophagus
Makanan padat sampai di bagian bawah esofagus memakan waktu ±5 detik, sedangkan makanan cair ±1 detik dengan atau tanpa peristaltik.
Di atas sphincter esofagus, bolus akan tertahan sebentar.
Oleh karena adanya peristaltik dari esophagus yang normal, sphincter dan vestibulum akan mengendur dan makanan masuk ke lambung.



3. Proses Pencairan dan Pencernaan
Di mulut, selain mengalami proses pengunyahan, makanan juga mengalami proses pencairan.
Pencairan makanan di dalam mulut dibantu oleh pengeluaran saliva (ludah) ±1.500 cc/hari.
Di dalam saliva terdapat beberapa enzim, di antaranya:
a. Ptialin: menguraikan glikogen menjadi maltose
b. Lisozyme: membunuh bakteri
c. Mukoprotein: melicinkan saliva
Di lambung, bolus diaduk-aduk agar bercampur dengan getah lambung dan juga mengalami fase sekretoris yang dibagi atas 2 periode, yaitu:
- Periode I: Sekresi Indigestive

Dibagi atas
• Sekresi terus-menerus
Walaupun makanan tidak ada, lambung terus mensekresi getah lambung
Hal ini dibuktikan selama 40 hari puasa dan juga setelah vagotomi
• Sekresi emotogenik
Karena emosi, misal marah, sedih, sakit hati, dll.

- Periode II: Sekresi digestive
Dibagi atas
• Fase sefalik
Aksi vagal langsung pada kelenjar penghasil asam pada lambung
Aksi indirek pada pengeluaran hormon gastrin dari antara mukosa
• Fase gastrik
Dimulai ketika makanan masuk ke dalam lambung dan berakhir 3-4 jam kemudian.
• Fase Intestinal
Walaupun bolus sudah memasuki usus halus, sekresi getah lambung terus berjalan selama 1-3 jam.

Selain periode tersebut ada juga periode:
- Sekresi getah pancreas
- Sekresi empedu
- Sekresi getah usus halus



4. Proses Penyerapan
Proses penyerapan makanan dapat terjadi secara pasif maupun aktif.
a. Pasif
Terjadi karena difusi akibat perbedaan kepekatan zat-zat makanan
b. Aktif
Terjadi terutama di duodenum dan bagian atas jejunum
Sementara itu di kolon juga terjadi penyerapan air dan mineral yang lepas dari absorbsi usus halus.
Absorbsi terutama terjadi di kolon asenden dan kolon transversum.
Selain itu terjadi juga sekresi dan ekskresi bahan makanan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh seperti selulosa, sebagian jenis lemak, sebagian jenis protein, dll.

Pada akhirnya zat-zat tersebut berubah menjadi feses yang akan dibuang setelah ada stimulus pada rectum.



Adapun masalah-masalah pencernaan yang sering dialami oleh masyarakat pada umumnya adalah:
1. Sakit gigi
Hal ini mengakibatkan penderita sulit untuk makan, bahkan cenderung marah-marah.
Bisa diatasi dengan rajin menggosok gigi 2 kali sehari, terutama malam hari sebelum tidur.
2. Sakit atau sulit menelan
Ini biasa disebabkan oleh infeksi.
Perlu diketahui bahwa penyakit infeksi masih menjadi masalah yang serius terkait dengan kebersihan diri dan lingkungan.
3. Mual dan muntah serta diare
Bila mual dan muntah disebabkan oleh makanan, maka hentikan segera makanan maupun minuman tersebut.
Penderita yang sedang muntah sebaiknya tidak diberi makan dulu, dan sebaiknya diberikan oralit untuk mencegah dehidrasi pada muntah dan diare.
4. Sakit perut
Kebanyakan diakibatkan oleh peningkatan asam lambung, walaupun tidak jarang sering disebabkan oleh berbagai macam hal. Cara terbaik untuk mengatasi peningkatan asam lambung adalah makan secara teratur.
5. Susah BAB
Kebanyakan disebabkan oleh kurangnya serat pada makanan.
Adapun makanan yang mengandung serat adalah sayur-sayuran dan buah-buahan.

Refleks Defekasi

Sewaktu gerakan massa kolon mendorong isi kolon ke dalam rektum, terjadi peregangan rektum yang kemudian merangsang reseptor regang di dinding rectum dan memicu refleks defekasi.1 Satu dari refleks-refleks ini adalah refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di dalam rektum. Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut : Bila feses memasuki rektum, distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menibulkan gelombang peristaltik di dalam kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong feses ke arah anus. Sewaktu gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi oleh sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus. Jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunter pada waktu yang bersamaan, terjadilah defekasi.2 Peregangan awal dinding rektum menimbulkan perasaan ingin buang air besar.1
Apabila defekasi ditunda, dinding rektum yang semula teregang akan perlahan-lahan melemas dan keinginan untuk buang air besar mereda samapi gerakan massa berikutnya mendorong lebih banyak feses ke dalam rektum, yang kembali meregangkan rektum dan memicu refleks defekasi. Selama periode non-aktif, kedua sfingter anus tetap berkontraksi untuk memastikan tidak terjadi pengeluaran feses.1
Refleks defekasi mienterik intrinsic yang berfungsi dengan sendirinya secara normal bersifat relatif lemah. Agar menjadi efektif dalam menimbulkan defekasi, refleks biasanya harus diperkuat oleh refleks defekasi jenis lain, suatu refleks defekasi parasimpatis yang melibatkan segmen sakral medulla spinalis. Bila ujung-ujung saraf dalam rektum dirangsang, sinyal-sinyal dihantarkan pertama ke dalam medulla spinalis dan kemudian secara refleks kembali kekolon desenden, sigmoid, rektum, dan anus melalui serabut-serabut saraf parasimpatis dalam nervus pelvikus. Sinyal-sinyal parasimpatis ini sangat memperkuat gelombang peristaltic dan juga merelaksasikan sfingter ani internus, dengan demikian mengubah refleks defekasi mienterik instrinsik dari suatu usaha yang lemah menjadi suatu proses defekasi yang kuat, yang kadang efektif dalam mengosongkan usus besar sepanjang jalan dari fleksura splenikus kolon sampai ke anus.2

Proses defekasi

Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. 'Perdapat dua pusat yang momguasai refieks untuk defe:kasi, yang te:rletak di medula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar mengucup. Reflek defe;kasi dirangsang untuk buang air beaar, kemudian sfingter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendor. Selama defekasi berbagai otot lain membantu proses itiu, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar pelvis.

Feses terdiri atas sisa makanan seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lain yang seluruhnya tidak dipakai oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu, dan cairan tubuh. feaes yang normal terdiri atas masa padat, berwarna coklat karena disebabkan ole;h mobilitas sebagai hasil reduksi pigmen empedu dan usus kecil.
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu pertama, refieks, defekasi intrinsik yang dimulai dari adanya zat sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi, kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus, lalu pada saat sfingter interna relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Kedua, refieks defekasi parasimpatis. Adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden, ke;mudian ke sigmoid, lalu ke rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sfingte:r interna, maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna berelaksasi.